Selasa, 01 Desember 2015

Cucu Hayati Kliningan full mp3 Download


Wanda kliningan merupakan lagu-lagu kepesindenan yang diiringi  gamelan dengan menggunakan pola tabuh klasik, album ini diproduksi oleh Karawitan STSI Bandung. Bagi  anda pecinta musik gamelan sunda wanda kliningan dengan pesinden Cucu Hayati,  silahkan download pada link di bawah ini.

Download :
1. Karawitan
2. Lara-lara
3. Mitra
4. Papalayon naek banjaran
5. Sinyur
6. Sorong dayung
7. Tablo kasmaran naek gendu kreasi

Download Lagu Klasik
1. Banjaran sorog
2. Kulu-kulu liwung
3. Panglayungan
4. Karawitan naek gegot
5. Bulan di Priangan Voc. Rita Tila
6. Entog Mulang Voc. Rita Tila
7. Jempling Peuting Voc, Rita Tila
8. Langendria - Cahya Sumirat Voc. Rita Tila
9. Sarebu Bulan Voc. Rita Tila
10. Tablo Voc. Rita Tila
11. Ukur Cimata Voc. Rita Tila

Kunjungi juga :




Sunda Religi MP3 Download


Bagi anda pecinta lagu-lagu sunda religi karya Mang Koko Koswara yang dibawakan oleh Ida Rosida dan H. Tadjudin Nirwan, silahkan download pada link di bawah ini.

Download :

1.   Al - Iman
2.   Hamdan
3.   Hirup
4.   Pamuka
5.   Pandu'a
6.   Sholawat badriyah
7.   Sholawat bani hasyim
8.   Sholawat nabi
9.   Syukur
10. Maha suci allah - Yus Wr.


Kunjungi juga :

Senin, 30 November 2015

Degung Nining Meida Rumaos full MP3 Download


                                                                           
Bagi anda pecinta lagu-lagu Sunda wanda degung yang dibawakan oleh juru kawih Nining Meida pada album rumaos, silahkan download pada link di bawah ini.

Download :
1. Rumaos
2. Diantos sumping
3. Kembang implengan
4. Dinten-dinten kakangen
5. Gupay camara
6. Sulaya jangji
7. Tembang kasmaran
8. Wuyung gandrung



Kunjungi juga :

Selasa, 17 November 2015

Instrumen Rebab MP3 Download


Instrumen rebab bentuk musik  gamelan dengan pola iringan klasik. Bagi anda yang suka mendengarkan lagu-lagu klasik dalam bentuk instrumen, silahkan downlod pada link di bawah ini :

Download :
1. Diganggayong
2. Kulu-kulu gancang
3. Peuting nu urang
4. Senggot
5. Tibelat


Kunjungi juga :

Jumat, 13 November 2015

Jayasingawarman



                                                          Prasasti Ciaruteun Bogor
Kerajaan Tarumanagara

Pada tahun 279 Saka atau 348 Masehi, Maharesi Jayasingawarman yang beragama Hindu berasal dari kerluarga Calankayana India bersama pengiringnya tiba di daerah Jawa Barat. Mereka menghindari kejaran raja Samudragupta yeng terkenal kejam tidak mengenal belas kasihan terhadap musuh yang dikalahkannya. Saat itu di Jawa Barat sudah berdiri kerajaan Salakanagara, saat Maharesi dan pengiringnya tiba, yang berkuasa di Jawa Barat adalah Dewawarman VIII (Prabu Darmawirya Dewawarman suami dari Ratu Ranispatikanawa warmandewi). Setelah mendapat persetujuaan dari Prabu Dewawarman VIII, Maharesi dan pengiringnya dimukimkan di dekat Sungai Citarum. Pemukiman itu oleh Sang Maharesi diberi nama Tarumadesya atau Desa Taruma. Setelah beberapa tahun Desa Tarum menjadi besar, karena berdatangannya penduduk dari desa-desa lain. Setelah menjadi bersar, Desa Tarum menjadi negara, oleh Maharesi negara tersebut diberi nama Tarumanagara sebagai negara bawahan Salakanagara. Oleh Prabu Dewawarman VIII Maharesi dijodohkan dengan putrinya yang bernama Iswari Tunggal Pertiwi atau Dewi Minawati.
Maharesi Jayasingawarman menjadi Rajadirajaguru pertama di Tarumanagara, dengan nama abhiseka Jayasingawarman Gurudarmapurusa. Ketika mertuanya wafat, tahta kerajaan Salakanagara digantikan oleh adik iparnya menjadi Dewawarman IX. Namun pamor Salakanagara sudah memudar, dan akhirnya kerajaan Salakanagara menjadi negara bawahan Tarumanagara.

Jayasingawarman memerintah Tarumanagara selama 24 tahun, dari tahun 280-304 Saka (358-382 M) dalam usian 60 tahun, kemudian dipusarakan di tepi kali Gomati. Yang menjadi penerus tahta kerajaan Tarumanagara adalah Darmayawarman yang bergelar Rajaresi Darmayawarman-guru. Memerintah Tarumanagara selama 13 tahun, dari tahun 304-317 Saka (382-395 M). Setelah wafat dipusarakan di Candrabhaga (sang lumahing candrabhaga).

Penerus tahta kerajaan Tarumanagara ketiga adalah Sri Maharaja Purnawarman, ia dilahirkan pada tanggal 8 bagian gelap bulan Palguna tahun 294 Saka (16 Maret 372 Masehi). Sri Maharaja Purnawaman menjadi raja Tarumanagara pada tanggal 13 bagian terang bulan Caitra 317 Saka atau 12 Maret 395 Masehi dengan nama nobat Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhima Parakrama  Suryamahapurusa Jagatpati. Lalu Sri Maharaja Purnawarman memindahkan Ibukota ke Sundhapura (Bekasi).Maharaja Purnawarman menaklukan kerajaan-kerajaan lain di Jawa Barat yang belum tunduk kepada kekuasaan Tarumanagaram, saat berperang Sri Purnawarman mengenakan baju perisai samabil menunggang Gajah.. Seperti yang dituliskan pada prasasti Kebon Kopi (Bogor) berhuruf Palawa, terjemahan menurut Prof. Vogel "(ini) dua jejak telapak kaki Airawata yang perkasa dan cemerlang, gajah kepunyaan penguasa Taruma yang membawakan kemenangan".  Sri Maharaja Purnawarman berhasil menjadikan Tarumanagara sebagai negara besar dan berkuasa di Jawa Barat. Lalu memperindah Kali Gomati, Candrabhaga, Kali Gangga di daerah Indraprahasta Cirebon, memperindah Kali Cupu di kerajaan Cupunagara dan Kali Sarasah atau Manukrawa.

Rakyat Tarumanagara sangat mencintai rajanya, terbukti dengan banyaknya prasasti-prasasti yang ditemukan memuji kebesaran Purnawarman dan merasa senang dibawah naungannya. Di Jawa Barat, prasati Maharaja Purnawarman paling banyak ditemukan daripada raja-raja lain yang berkuasa di Jawa Barat.
Sri Maharaja Purnawarman wafat pada tanggal 15 terang bulan Posya 356 Saka (24 Nopember 434 Masehi) memerintah selama 39 tahun, dipusarakan di tepi Kali Citarum (sang lumahing tarumanadi). Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Wisnuwarman. Dinobatkan pada tanggal 3 Desember 434 Masehi dengan nama abhiseka Sri Maharaja Wisnuwarman Digwijaya Tunggal Jayapati Sang Purandarasutah.

Prabu Wisnuwarman memperistri Suklawatidewi putri Prabu Wiryabanyu raja Kerajaan Indraprahasta, yang ke dua Suklawarmandewi tetapi meninggal muda dan belum mempunyai keturunan.
Pada masa pemerintahanPrabu Wisnuwarman, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh pamannya yang bernama Cakrawarman. Cakrawarman yang menjabat Senapati Belandhika (angkatan perang) menginginkan tahta Tarumanagara, namun pemberontakannya dapat digagalkan setelah lama perang bergerilya. Pertempuran sengit antara pasukan besar Sang Cakrawarman di dalam hutan wilayah kerajaan Cupunagara. Pasukan Tarumanagara yang dibantu oleh pasukan raja-raja daerah, akhirnya dapat menumpas pasukan Cakrawarman. Sang Cakrawarman sendiri tewas ditangan Prabu Wiryabanyu raja Indraprahasta.
Pemberontakan Cakrawarman berlangsung dari tanggal 14 bagian bulan Asuji (September/Oktober) sampai  tanggal 11 bagian gelap bulan Kartika tahun 359 Saka (437 M) selama 28 hari.
Prabu Wisnuwarman memerintah dari tahun 434 - 455 masehi. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Indrawarman. Ia dinobatkan dengan gelar Sri Maharaja Indrawarman Sang Paramarta Saktimahaprabawa Lingga Triwikrama Buanatala. Pemerintahannya berlangsung selama 60 tahun, dari tahun 377 - 437 Saka atau 455-515 Masehi.

Setelah Prabu Indrawarman wafat digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Candrawarman, dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Candrawarman Sang Hariwangsa Purusakti Suralagawagengparamarta. Ia memerintah selama 20 tahun dari tahun 515 - 535 Masehi. Setelah Prabu Candrawarman wafat digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Suryawarman, dengan nama nobat Sri mahraja Suryawarman Sang Mahapurusa Bhimaparakrama Hariwangsa Digwijaya. Ia memerintah selama 26 tahun dari tahun 535 561 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Kretawarman dengan nama abhiseka  Sri Maharaja Kretawarman Mahapursa Hariwansa Digwijaya Sakalabumandala. Ia memerintah selama 67 tahun, dari tahun 561 - 628 Masehi. Karena tidak mempunyai keturunan, tahta kerajaan Tarumanagara diberikan kepada adiknya yang bernama Prabu Sudawarman, dengan gelar Sri Maharaja Sudawarman Mahapurusa Sang Paramartaresi Hariwangsa.

 Permaisuri Prabu Sudawarman adalah adik Prabu Mahendrawarman raja Palawa India. Pada masa pemerintahannya pamor Tarumanagara mulai menurun,
setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Dewamurti yang bergelar Sri Mahraja Dewamurtyatma Hariwangsawarman Digwijaya Bimaparakarma. Watak Prabu Dewamurti berbeda dengan raja-raja sebelumnya, ia berperilaku sangat kasar dan kejam. Akhirnya ia tewas dibunuh oleh Brajagiri anak angkat Prabu Sudawarman yang merasa sakit hati oleh sikap Prabu Dewamurti. Brajagiri yang meloloskan diri dapat ditangkap oleh Prabu Nagajaya raja Cupunagara menantu Prabu Dewamurti yang menikahi Dewi Mayasari. Pada tahun 640 Masehi, Prabu Nagajaya naik tahta kerajann Tarumanagara dengan gelar Sri Maharaja Nagajayawarman Dermastya Cupujayasatru. Ia memerintah selama 26 tahun dari tahun 640-666 Masehi.

Kemudian yang bertahta di Kerajaan Tarumanagara adalah Prabu Linggawarman putra Prabu Nagajaya, dengan gelar Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirtabumi. Dinobatkan pada tangal 5 bagian gelap bulan Caitra tahun 588 Saka atau 1 April 666 Masehi. Permaisuri Prabu Linggawarman adalah Ganggasari putri Prabu Wisnumurti raja Indraprahasta ke 11 yang memerintah dari tahun 636-661 Masehi.

Dari perkawinannya dengan Ganggasari, memperolah putra :
1. Dewi Manasih, diperistri oleh Tarusbawa dari Kerajaan Sunda Sembawa.
2. Sobakancana, diperistri oleh Sri Jayanasa raja Sriwijaya.

Prabu Linggawarman memerintah hanya 3 tahun, pada tahun 669 digantikan oleh menantunya yang bernama Prabu Tarusbawa dengan nama abhiseka Sri Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manumanggalajaya Sundasembawa. Ia memerintah selama 54 tahun dari tahun 669 - 723 Masehi. Maharaja Tarusbawa merubah nama kerajaan dari Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. (lihat Kendan Cikal Bakal Galuh).

Sumber :

1. Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara - Pangeran Wangsakerta 1677 - 1698 M
2. Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa - R.Ng. Purbatjaraka 1921 M
3. Pustaka Nagara Kretabumi - Dr. Ayat Rohaedi 1986 M
4. Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa) - Yoseph Iskandar 1997 M







Rabu, 11 November 2015

Riwayat Akhir Pajajaran


Pajajaran Sirna

Kebesaran Pajajaran hanya bertahan hingga pemerintahan Prabu Sanghiyang Surawisesa (putra mahkota dari permaisuri Kentringmanik Mayangsunda). Prabu Surawisesa memerintah Kerajaan Pajajaran dari tahun 1521- 1535 M. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Ratu Dewata.
Ratu Dewata merupakan raja ke tiga Pajajaran, ia cenderung mengabaikan urusan duniawi. Ia bertindak sebagai raja pendeta (ngarajaresi) dan selalu berpuasa, hanya makan buah-buahan dan minum susu.. Mungkin ia merasa jemu dengan urusan duniawi, seperti peperangan yang sering terjadi. Atau mungkin untuk keamanan negara merasa percaya dengan perjanjian antara Pajajaran – Cirebon yang dibuat oleh ayahnya dengan Susuhunan Jati.
Panembahan Hasanudin dari Banten Pesisir, sebenarnya kurang setuju atas perjanjian damai Pajajaran - Cerebon . Sebab perjanjian itu hanya aman bagi Cirebon, tetapi menjadi ancaman bagi Banten. Ia menyetujui perjanjian itu karena taat pada ayahnya (Susuhunan Jati).

Hasrat Panembahan Hasanudin untuk menguasai Pakuan, secara terselubung membentuk pasukan khusus tanpa identitas, sebagaimana yang telah dilakukannya ketika membentuk "pasukan gerilyawan misterius" di Banten. Secara garis keturunan, Panembahan Hasanudin adalah cicit Sri Baduga Maharaja dari alur darah Kawunganten maupun dari Susuhunan Jati, mungkin ia merasa berhak atas tahta Pajajaran.
Akhirnya terjadi pertempuran antara pasukan tambuh sangkane (tanpa identitas) dengan pasukan Pajajaran. Namun Pajajaran masih terlalu tangguh untuk dikalahkan oleh pasukan tersebut.
Peristiwa tersebut disindir dalam caritaparahiyangan kropak 406. "Ya hati-hatilah orang-orang yang kemudian, janganlah engkau kalah perang karena rajin puasa."
Ratu Dewata memerintah Pajajaran dari tahun 1535 - 1543 M setalah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Ratu Sakti.
Ratu Sakti dalam menjalankan tugasnya sebagai raja Pajajaran ke empat bertindak terlalu kejam. Dalam situasi Pajajaran sedang memburuk Ratu Sakti bertindak sekehendak hatinya, tidak lagi mempedulikan etika kenegaraan. Ia membunuh orang-orang tidak berdosa, merampas harta rakyat tanpa perasaaan malu, tidak berbakti pada orang tua dan menghinakan para pendeta. Ia menikahi "rara hulanjar" (gadis yang sudah bertunangan) saat itu menjadi pantangan untuk dinikahi. Bahkan yang menjadi ketidaketisannya adalah menikahi ibu tirinya (janda ayahnya).
Pelanggaran yang terakhir itulah menyebabkan Ratu Sakti diturunkan dari tahtanya pada tahun 1551 M.
Kelakuan Ratu Sakti disindir dalam Carita Parahiyangan Kropak 406. "mendapat bencana karena perempuan yang datang dari luar dan oleh ibu tiri, janganlah ditiru oleh mereka yang kemudian, kelakuan raja ini."

Kemudian digantikan oleh Prabu Nilakendra, Pajajaran sudah semakin bokbrok, rakyat menderita kelaparan karena keserakahan raja. Di Pajajaran sedang dalam masa kaliyuga (zaman kejahatan dan kemaksiatan). Tiap saat keraton diramaikan dengan pesta-pora, makan enak disertai minum-minum sampai mabuk. Selain itu, kebiasaan Prabu Nilakendra adalah membaca mantra-mantra sampai "tenggelam dalam kefanaan." ini merupakan "upacara Tantrayana" (lupa diri) yang dianut oleh raja.
Sehingga saat datang pasukan tanpa identitas menggempur ibu kota Pakuan, Prabu Nilakendra tidak berdaya, ia meloloskan diri meninggalkan keraton. Prabu Nilakendra tidak diketahui kapan wafatnya dan dimana ? Mungkin ia meninggal di tengah hutan menghindari serangan musuh.
Para pembersar Pajajaran dengan segala upaya mempertahankan Ibu Kota Pakuan, berkat parit dan benteng yang dibangun Sri Baduga, ibu kota dapat diselamatkan.
Setelah pasukan tidak dikenal melakukan serangan yang kedua kalinya, tokoh-tokoh penandatangan perjanjian perdamaian Pajajaran - Cirebon satu persatu meninggal, mereka adalah :

1. Prabu Sanghiyang Surawisesa, wafat lebih awal pada tahun 1535 Masehi.
2. Susuhunan Jati, wafat pada tanggal 12 bagian terang bulan Badra tahun 1490 Saka atau 19 September 
    1568 Masehi.
3. Fadillah Khan, yang menggantikan Susuhunan Jati meninggal dua tahun kemudian, pada tahun 1570 M.
4. Panembahan Hasanudin, wafat pada tahun yang sama dengan Fadillah Khan, pada tahun 1570M.

Panembahan Yusuf, sebagai pengganti Panembahan Hasanudin menjadi raja di Surasowan, mulai tertarik untuk membersihkan Pakuan  secara terang-terangan.
Keadaan Pakuan sendiri setelah ditinggalkan oleh Prabu Nilakendra, sudah tidak berfungsi sebagai ibu kota kerajaan. Sebagian penduduk telah mengungsi ke wilayah pantai selatan, membuat pemukiman baru di daerah Cisolok dan Bayah, sebagian lagi ke wilayah Timur.

Tahta kerajaan di pegang oleh Prabu Ragamulya Suryakancana, seluruh kerabat keraton mengungsi ke wilayah barat laut, tepatna di lereng Gunung Pulasari Pandeglang.
Prabu Ragamulya Suryakancana beserta pengikutnya berusaha menegakkan kembali Kerajaan Pajajaran dengan ibu kota Pulosari (dahulu ibu kota kerajaan Salakanagara). Ia bertahta tanpa mahkota, karena atribut kerajaan dipercayakan kepada Senapati Jayaperkosa beserta adik-adiknya untuk menjaga Pakuan (Sri Bima, Punta, Narayana, Madura, Suradipati).
Sulit dibayangkan, Ragamulya menghindari serangan Banten justru membuat ibu kota kerajaan berdekatan dengan Surasowan.

Sembilan tahun  Panembahan Yusuf memegang tahta kerajaan Surasowan, barulah ia melampiaskan hasratnya untuk "membumi hanguskan" ibu kota Pakuan.   Panembahan Yusuf mengerahkan pasukan besar dari Surasowan, kemudian digabungkan dengan bala bantuan pasukan dari kerajaan Cirebon mengadakasn serangan besar-besaran ke Pakuan.

Benteng Pakuan yang kokoh dapat ditembus, lembah maut dengan hambatan perlawanan sisa-sisa laskar Pajajaran dapat dikalahkan. Seluruh isi ibu kota dibumi hanguskan termasuk keraton turun temurun sejak tahun 669 Masehi, Sri Bima-Punta-Narayana-Madura-Suradipati yang dibangun oleh Maharaja Tarusbawa telah binasa, namun empat pembersar Pajajaran yaitu Senapati Jayaperkosa beserta adik-adiknya berhasil meloloskan diri, meninggalkan Pakuan menuju Sumedang Larang.
Setelah berhasil di Pakuan kemudian serangan menuju Pulasari, Prabu Ragamulya beserta seluruh pengikutnya binasa tanpa ada yang tersisa.

Pajajaran sirna ing bhumi ing ekadaci cuklapaksa wesakhamassa saharsa limangatus punjul siki ikang cakakala.
"Pajajaran lenyap dari muka bumi tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka" bertepatan dengan tanggal 11 Rabiul'awal 987 Hijriah, atau tanggal 8 Mei 1579 Masehi.

Sumber : Sejarah Jawa Barat

Rabu, 04 November 2015

Download Contoh RPP PKN XII Smt 1 Kur.2013

Bagi rekan guru yang memerlukan contoh RPP PKN Kls XII silahkan ambil, semoga bisa meringankan pekerjaan anda dalam melengkapi administrasi guru. Silahkan tulis koment anda. Semoga bermanfaat.



                                RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah               : SMK
Mata Pelajaran               : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester              : XII/1
Kelompok Mapel           : Wajib Kelompok A
Materi Pokok                 : Hak dan Kewajiban Warga Negara
                                          a. Hakikat dan Kewajiban Warga Negara
                                          b. Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga
                                              Negara
                                          c. Upaya Penanganan Kasus Pelanggaan Hak dan Pengingkaran
                                              Kewajiban sebagai Warga Negara
AlokasiWaktu                 : 3 x 2 JP (6 X 45’) {sesuaikan dengan kalender pendidikan anda}

Kompetensi Inti
1 :   Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2 :   Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotongroyong, 
       kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian
       dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
       sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
       dunia.   
3 :   Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan
       rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknoligi, seni, budaya, dan humaniora dengan
       wawasan kemanusiaan, kebangsaa, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
       kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
       dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4 :   Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
       pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
       metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar
1.1   Mengamalkan ketaatan terhadap agama dan kepercayaan yang dianut dalam kehidupan
        berbangsa dan bernegara.
1.2   Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pasal 28E dan 29 ayat 2 Undang- Undang
        Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2.1   Mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup dan ideologi nasional dalam
        kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 
2.3   Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam  Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
        Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3.1   Menganalisis berbagai kasus pelanggaran HAM secara argumentatif dan saling keterhubungan
        antara aspek ideal, instrumental dan praksis sila-sila Pancasila.  
4.1   Menyaji kasus-kasus pelanggaran HAM dalam rangka perlindungan dan pemajuan HAM sesuai
        dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Link download :
1. BAB 1
2. BAB 2
3. BAB 3
4. BAB 4

Download contoh RPP PKN XII Semester 2

Selasa, 03 November 2015

Contoh RPP PKN XI SMA/SMK Kur.2013 Download

Pekerjaan rutin guru setiap Tahun Ajaran Baru tiba, apalagi kalau bukan administrasi. Kali ini saya akan berbagi contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran PKN Kelas X Kurikulum 2013, semoga dapat membantu meringankan pekerjaan anda. RPP ini hanya contoh, silahkan anda revisi kembali dan perlu diingat sesuaikan dengan kalender pendidikan anda. Bagi yang berminat silahkan download pada link di bawah ini.

Download RPP PKN XI :
1. RPP BAB 1
2. RPP BAB 2
3. RPP BAB 3
4. RPP BAB 4
5. RPP BAB 5
6. RPP BAB 6
7. RPP BAB 7
8. RPP BAB 8 

Program Semester PKN XI
Program Tahunan PKN XI

Kunjungi juga :
Download RPP PKN XII
Download RPP PKN X

Contoh RPP PKN X SMA/SMK Kur.2013 Download

Pekerjaan rutin guru setiap Tahun Ajaran Baru tiba, apalagi kalau bukan administrasi. Kali ini saya akan berbagi contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran PKN Kelas X Kurikulum 2013, semoga dapat membantu meringankan pekerjaan anda. RPP ini hanya contoh, silahkan anda revisi kembali dan perlu diingat sesuaikan dengan kalender pendidikan anda. Bagi yang berminat silahkan download pada link di bawah ini.Semoga bermanfaat.

Download RPP PKN X :
1. RPP BAB 1
2. RPP BAB 2
3. RPP BAB 3
4. RPP BAB 4
5. RPP BAB 5
6. RPP BAB 6
7. RPP BAB 7
8. RPP BAB 8

Program Tahunan PKN X
Program Semester PKN X

Kunjungi juga :
Download RPP PKN XII
Download RPP PKN XI
Download RPP PKN X

Rajaresiguru Wretikandayun


Kerajaan Galuh

Baca dahulu "Kendan Cikal Bakal Galuh" diterangkan bahwa Rajaresiguru Wretikandayun memerdekan kerajaan Kendan dari Tarumanagara, pada tahun 669 Masehi dan merubah Kendan menjadi Kerajaan Galuh dengan Ibukota Kawali. Praburesiguru Wretikandayun menjadi raja pertama di Kerajaan Galuh, memerintah sampai tahun 702 Masehi dalam usia 111 tahun. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang ke tiga bernama Amara atau Mandiminyak Prabu Mandiminyak sebelum naik tahta di Kerajaan Galuh, sedang berkuasa di Kerajaan Kalingga mewarisi tahta ibu mertuanya dari Parwati (Putri Ratu Maharani Sima, yang wafat pada tahun 695 Masehi). Sebelum wafat, Ratu Sima membagi dua Kerajaan Kalingga.
1. Parwati, memperoleh bagian Utara yang disebut Bumi Mataram (695-716 M) dan
2. Narayana, memperoleh bagian Selatan dan Timur yang disebut Bumi Sambara, ia bergelar
    Iswarakesawa Lingga Jagatnata Buwanatala (679 - 742 Masehi.

Dengan permaisuri Parwati, Prabu Mandiminyak memiliki seorang putri bernama Sanaha, sebelum menikah dengan Parwati, Mandiminyak memiliki putra bernama Sena atau Bratasenawa hasil hubungan gelap dengan kakak iparnya (Pohaci Rababu). Setelah kedua putranya dewasa dinikahkan, antara Sena dan Sanaha (saudara lain ibu) atau disebut kawin Manu.
Tahun 702 Prabu Mandiminyak pulang ke Galuh untuk menggantikan tahta ayahnya, sedangkan untuk pemerintahan di Bumi Mataram dijalankan oleh istrinya yaitu Ratu Parwati. Prabu Mandiminyak berkuasa di Kerajaan Galuh sampai tahun 709 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya bernama Bratasenawa.
Permaisuri Prabu Bratasenawa bernama Ratu Sanaha, dari hasil penikahannya memperoleh putra bernama Sanjaya.

Prabu Bratasenawa memerintah Kerajaan Galuh sampai tahun 716, karena digulingkan oleh Purbasora putra Sempakwaja dari Kerajaan Galunggung. Bunisora merasa lebih hak dengan tahta Galuh daripada Sena (saudara se ibu-nya lain ayah, hasil fair dengan Mandiminyak). Prabu Bratasenawa tewas ditangan Purbasora yang dibantu oleh Ayah mertuanya (Prabu Darmahariwangsa Kerajaan Indraprahasta) yang mengerahkan angkatan perangnya.
Tahun 716, Prabu Purbasora naik tahta di Kerajaan Galuh dalam usia 73 tahun sampai tahun 723 Masehi bersama permaisuri yang bernama Citra Kirana.
Prabu Purbasora tewas di tangan Sanjaya putra Prabu Bratasenawa dan Sanaha. Sanjaya menuntut balas atas kematian kedua orang tuanya. Setelah Prabu Purbasora wafat Sanjaya naik tahta di Kerajaan Galuh dengan permaisuri Sekar Kancana yang bergelar Teja Kancana Ayu Purnawangi (cucu Prabu Tarusbawa). Gelar abhiseka Prabu Sanjaya adalah Maharaja Harisdarma Bimaparakrama Prabu Maheswara Sarwajitasatru Yudapumajaya.

Sebelum kembali ke Bumi Mataram, Maharaja Sanjaya yang menguasai Kerajaan Galuh-Sunda dan Bumi Mataram, menguasakan Kerajaan Sunda kepada putranya yang bernama Barmawijaya 732 M. Sedangkan tahta Kerajaan Galuh dikuasakan kepada cucu Purbasora yang bernama Premana Dikusuma 732 M.

Prabu Premana Dikusuma terkenal sebagai seorang pertapa, ia dijuluki Ajar Sukaresi atau Bagawat Sajala- jala. Ia menikahi Dewi Naganingrum cucu Patih Bimaraksa. Dengan permaisuri Dewi Naganingrum ia berputra Surotama alias Manarah yang lahir pada tahun 718 M. Juga menikahi Dewi Panrenyep putri Patih Anggada. Dewi Pangrenyep lahir pada tahu 704 Masehi, 6 tahun lebih muda dari Dewi Naganingrum.
Kehadiran Dewi Pangrenyep sebagai istri yang dipaksakan oleh Sanjaya, bagi Premana Dikusuma yang sudah berusia 40 tahun dan berpredikat Bagawat tidak memperdulikan kebeliaan dan kecantikannya.
Prabu Prema Dikusuma lebih sering bertapa daripada mengurus pemerintahan. Dewi Pangrenyep yang masih muda belia merasa kecewa dengan sikap Sang Prabu. Ia tidak disukai berada di Keraton Galuh karena peristiwa kematian Bunisora oleh Sanjaya. Orang yang sangat melindunginya adalah Prabu Barmawijaya.
Mereka adalah sama-sama cicit Maharaja Tarusbawa, dilahirkan pada tahun yang sama 704 M di Keraton Sunda. Akibat sering bertemu antara Barmawija dan Dewi Pangrenyep, pada tahun 724 lahirlah Sang Bang 6 tahun lebih muda dari Sang Manarah. Prabu Premana Dikusuma dibunuh seorang prajurit utusan Prabu Barmawijaya, yang menginginkan tahta Galuh juga ke dua istrinya yaitu Dewi Naganingrm (yang terkenal dengan kecantikannya) dan Dewi Pangrenyep.
Prabu Barmawijaya berkuasa atas kerajaan Sunda-Galuh sampai tahun 739 Masehi. Turun tahta karena pembalasan Sang Manarah, Prabu Barmawijaya tewas bersimbah darah beserta Dewi Pangrenyep dihujani anak panah (lihat pembalasan Ciung Wanara).

Selanjutnya digantikan oleh Prabu Manarah dengan gelar abhiseka Prabu Jayaperkosa Mandaleswara Salakabuan. Memerintah di Kerajaan Galuh sampai tahun 783 Masehi. Dari permaisuri Kancana Wangi (cicit Resiguru Demunawan Raja Saungglah) memiliki putri bernama Dewi Puspasari yang dinikahi oleh Prabu Manisri. Tahun 783 Masehi Prabu Manarah mengundurkan diri dari tahta kerajaan untuk melakukan Manurajasunya. Ia wafat pada tahun 798 Masehi dalam usia 80 tahun. Tahta Kerajaan Galuh digantikan oleh menantunya, Prabu Manisri dan Ratu Dewi Puspasari. Prabu Manisri bergelar Prabu Darmasakti Wirajayeswara,  berkuasa dari tahun 783 - 799 M.

Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Tariwulan yang bergelar Prabu Kretayasa Dewakusaleswara. Memerintah tahta Galuh bersama permaisuri Dewi Saraswati putri Kerajaan Saunggalah sampai tahun 806 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Welengan dangan gelar Prabu Brajanagara Jayabuana, memerintah sampai tahun 813 M. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Linggabumi. Karena Prabu Linggabumi tidak mempunyai keturunan, maka pada tahun 825 tahta Kerajaan Galuh diberikan kepada suami adiknya, yaitu Prabu Gajah Kulon (Rakeyan Wuwus). Berkuasa atas tahta Galuh-Sunda sampai tahun 825 Masehi. Kemudian digantikan oleh Prabu Arya Kedaton dengan gelar Darmaraksa Salakabuana, dengan permaisuri Dewi Widyasari adik Prabu Gajah Kulon. Prabu Arya Kedaton berkuasa sampai tahun 829 Masehi. Tewas dibunuh oleh seorang menteri utusan Prabu Arya Kedaton sebagai aksi balas dendam.

Kemudian tahta Kerajaan Galuh dipegang oleh putra Prabu Arya Kedaton yang bernama Prabu Windusakti dengan nama nobat Prabu Dewageung Jayeng Buana. Memerintah Kerajaan Galuh bersama permaisurinya yang bernama Dewi Sawitri (putri Prabu Gajah Kulon) sampai tahun 913 Masehi. Berikutnya Prabu Pucukwesi yang memerintah Kerajaan Galuh - Sunda sampai tahun 916 Masehi. Sebelum perebutan tahta Kerajaan oleh Jayagiri, tahta kerajaan Galuh telah diberikan kepada Prabu Jayadrata (cucu Batara Danghiyang Guruwisuda dari permaisuri Dewi Sundara). Prabu Jayadrata berkuasa penuh atas Kerajaan Galuh, tidak lagi sebagai Negara bawahan Sunda. Prabu Jayadrata berkuasa sampai tahun 949 Masehi, digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Harimurti. Prabu Harimurti berkuasa sampai tahun 988 M.

Kemudian yang bertahta di Kerajaan Galuh adalah Prabu Linggasakti Jayawiguna. Memerintah di Kerajaan Galuh bersama permaisuri Dewi Rukmawati sampai tahun 1022 M. Setelah wafat digantikan oleh putranya bernama Praburesiguru Darmasatyadewa yang memerintah sampai 1027 Masehi. Kemudian digantikan oleh Prabu Sanghiyang Ageung, Kerajaan Galuh - Sunda kembali bersatu. Sebagai wakil dirinya, Prabu Sanghiyang Ageung menguasakan kepada Dewi Sumbadra (adik istrinya) untuk memerintah di Kerajaan Galuh. Dewi Sumbadra berkuasa di Kerajaan Galuh sampai tahun 1065 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya bernama Prabu Arya Tunggal Ningrat, yang memerintah Galuh sampai tahun 1041 Masehi. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Resiguru Sudakarmawisesa yang menikah dengan Dewi Citrawati putri Resiguru Batara Hiyang Purnawijaya.Pada tahun 1111 Masehi Resiguru Sudakarmawisesa menyerahkan tahta Kerajaan Galuh kepada istrinya, ia memilih menjadi pertapa.

Ratu Dewi Citrawati sebagai penguasa Kerajaan Galuh dan pusat pemerintahannya di Kerajaan Galunggung.
berkuasa sampai tahun 1152 Masehi. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Batara Danghiyang Guru Darmawiyasa dan berkuasa atas Kerajaan Galuh dan Galunggung.
Batara Danghiyang Guru Darmawiyasa berkuasa sampai tahun 1157 Masehi, setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Maharaja Darmakusuma. Maharaja Darmakusuma menikahi putri Prabu Menakluhur raja Sunda yang bernama Ratna Wisesa, sehingga ia berkuasa atas tahta Galuh - Sunda dan Galunggung.

Kerajaan Galuh terpisan dari Kerajaan Sunda pada tahun 1475, yang berkuasa adalah Prabu Dewa Niskala putra Praburesi Niskala Wastu Kancana dari permaisuri Dewi Mayangsari. Pada tahun 1482 Prabu Dewa Niskala melepaskan tahta Kerajaan karena melanggar etika keraton. Yaitu menikahi rara hulanjar (gadis yang sudah bertunangan) yang melarikan diri dari Kerajaan Majapahit, saat itu sedang terjadi perebudan kekuasaan. Sekitar tahun 1478 M kerajaan Majapahit mendapat serasngan yang beruntu dari Demak, kemudian dasri Daha oleh Batara Prabu Girindrawardhana. Pengungsi dari Majapahit diantaranya ada yang mencari perlindung ke Keraton Galuh. Rombongan pengungsi tersebut dipimpin oleh Raden Baribin (saudara Prabu Kertabumi). Raden Baribin oleh Prabu Dewa Niskala dijodohkan dengan putrinya yang bernama Ratna Ayu Kirana. Kesalahan Prabu Dewa Niskala, yang pertama menikahi rara hulanjar dan yang kedua hal yang dianggap paling tabu untuk keraton Sunda-Galuh yaitu menikahkan putra atau putri dengan keluarga keraton Majapahit, hal itu setelah kejadian Palagan Bubat.

Prabu Susuktunggal yang memerintah tahta Sunda alangkah murkanya mengetahui apa yang dilakukan adiknya. Saat itu hampir terjadi perang saudara, namun seluruh pembesar ke dua kerajaan mencegah hal itiu agar tidak terjadi pertumpahan darah antara dua putra Hyang Praburesi Wastu. Akhirnya kedua raja sama-sama meletakan jabatan. Tahta Galuh - Sunda diberikan kepada Prabu Jayadewata.

Dari istri pertama, Prabu Dewa Niskala berputra:
1. Pamanahrasa atau Jayadewata
2. Ningratwangi, penguasa kerajaan daerah Galuh

Dari istri kedua berputra :
1. Banyakcakra atau kamandaka, menjadi Bupati Galuh di Pasir Luhur
2. Banyakngampar, menjadi Bupati Galuh di Dayeuh Luhur
3. Kusumalaya atau Ajar Kutamangu, kelak menikah dengan Ratu Simbar Kancana ratu Talaga

Pada tahun 1482 Kerajaan Sunda - Galuh oleh Jayadewata disatukan dengan nama kerajaan baru yaitu Kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan (Bogor).

Sumber : Sejarah Jawa Barat

Sejarah Sunda



Kerajaan Sunda

Pada tahun 669 Masehi, Maharaja Linggawarman Raja Tarumanagara keduabelas wafat, kemudia digantikan oleh menantunya  bernama Tarusbawa yang menikahi Putri Mansih. Tarusbawa dinobatkan menjadi raja Tarumanagara pada tanggal 9 bagian terang bulan Jesta tahun 591 Saka atau 18 Mei 669 Masehi dengan nama nobat Sri Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manumanggalajaya Sundasembawa. Karena pamor Tarumanagara sudah memudar, maka Prabu Tarusbawa merubah nama kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda juga memindahkan Ibukota Kerajaan dari Sundapura (Bekasi) ke Pakuan. Perubahan nama tersebut dimanfaatkan oleh Praburesi Wretikandayun untuk kelepaskan diri dari kerajaan Tarumanagara dengan merubah nama kerajaannya dari kerajaan Kendan menjadi Kerajaan Galuh, sebagai Negara yang merdeka.

Prabu Tarusbawa kemudian mendirikan lima buah keraton dengan bentuk dan ukuruan besar yang sama, lima keraton tersebut adalah “Sri Bima, Punta, Narayana, Madura dan Suradipati. Adik Putri Manasih bernama Sobakancana yang dinikahi oleh Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya, yang sama-sama naik tahta pada tahun 669 Masehi. Maharaja Tarusbawa berkuasa atas Kerajaan Sunda dari tahun 669 – 732 Masehi.

Tahta Kerajaan Sunda selanjutnya dipegang oleh Maharaja Sanjaya yang menikahi Sekar Kancana yang bergelar Teja Kacana Ayu Purnawangi, cucu dari Maharaja Tarusbawa, saat itu Maharaja Sanjaya sedang berkuasa atas Kerajaan Galuh sebagai ahli waris dari ayahnya Prabu Brata Senawa yang tewas di bunuh oleh Purbasora (perebutan tahta Galuh)  tahun 723 M, tahta Kerajaan Medang Bumi Mataram (Jawa Timur) tahun 731 Masehi sebagai ahli waris dari kekeknya Prabu Mandiminyak dan ayahnya Prabu Sena dan Kerajaan Sunda tahun tahun 732 Masehi. Dengan gelar abhiseka “Maharaja Harisdarma Bimaprakrama Prabu Maheswara Sarwajitasatru Yudapurnajaya.” Karena ke tiga kerajaan itulah, Maharaja Sanjaya dinamakan sebagai Maharaja Pulau Jawa (taraju Jawadwipa). Kemudian tahta kerajaan  Sunda dikuasakan kepada putranya yang bernama Tamperan Barmawijaya, sedangkan tahta kerajaan Galuh dikuasakan kepada Permanadikusuma cucu Prabu Purbasora yang tewas ditangan Sanjaya sebagai aksi balas dendam.

Permaisuri  Prabu Premana Dikusuma bernama Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep. Prabu Premana Dikusuma tewas dibunuh dengan cara terselubung oleh Prabu Barmawijaya karena kecantikan Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep. Selanjutnya Prabu Barmawijaya menikahi Dewi Naganingrum yang saat itu sudah memiliki putra bernama Sang Manarah, sedangkan Dewi Pangrenyep memiliki putra bernama Sang Banga hasil hubungan gelap dengan Prabu Barmawijayam lalu Prabu Barmawijaya berkuasa atas Sunda dan Galuh. Prabu Barmawijaya berkuasa sampai tahun 739 M, karena adanya kudeta dari Sang Manarah yang mengetahui tentang kematian ayahnya. Kisah selengkapnya lihat Sang Manarah Ksatria Geger Sunten.

Prabu Arya Banga memerintah di Kerajaan Sunda dari tahun 739 – 776 Masehi, digantikan oleh putranya yang bernama Rakeyan Medang, dengan nama nobat Prabu Hulukujang.

Dari permaisuri, Prabu Hulukujang mempunyai seorang putri diberinama Dewi Samatha. Putri tersebut diperistri oleh Rakeyan Hujungkulon. Prabu Hulukujang memerintah Kerajaan Sunda dari tahun 776 – 783 Masehi. Setelah Prabu Hulukujang wafat digantikan oleh menantunya Rakeyan Hujungkulon dengan nama nobat Prabu Gilingwesi. Prabu Gilingwesi memerintah dari tahun 783 – 795 Masehi.
Pengganti Prabu Gilingwesi adalah menantunya bernama Rakeyan Diwus yang menikah dengan  Dewi Arista, nama nobat Rakeyan Diwus adalah Prabu Pucuk bumi Darmeswara. Memerintah Kerajaan Sunda dari tahun 795 – 819 Masehi. Setelah Prabu Pucuk Bumi Darmeswara wafat digantikan oleh putranya yang bernama Rakeyan Wuwus, yang bernama nobat Prabu Gajah Kulon.
Permaisuri Prabu Gajah Kulon adalah Dewi Kirana, adiknya Prabu Linggabumi penguasa Kerajaan Galuh. Karena Prabu Linggabumi tidak mempunyai anak, maka ketika wafat tahta kerajaan Galuh dipercayakan kepada Prabu Gajah Kulon sebagai adiknya. Dengan demikian Prabu Gajah Kulon berkuasa atas kerajaan Galuh dan Sunda.
Dari Dewi Kirana, Prabu Gajah Kulon memperoleh dua orang putra, yaitu :
         1.       Batara Danghyang Guruwisuda dan
         2.       Dewi Sawitri
Batara Danghyang Guruwisuda pada tahun 852 Masehi dipercaya memegang tahta Kerajaan Galuh. Sedangkan Dewi Sawitri diperistri oleh Rakeyan Windusakti putra Arya Kedaton dan Dewi Widyasari, adiknya Prabu Gajah Kulon. Prabu Gajah Kulon memerintah dari tahun 819 – 895 Masehi. Setelah wafat tahta kerajaan Sunda dan Galuh direbut oleh Arya Kedaton (suami adik Prabu Gajah Kulon).

Arya Kedaton naik tahta dengan nama nobat Prabu Darmaraksa Salakabuana. Baru empat tahun memerintan Prabu Darmaraksa dibunuh oleh seorang mentri Kerajaan Sunda sehingga Prabu Darmaraka memerintah atas kerajaan Sunda – Galuh dari tahun 825 – 829 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Windusakti dengan nama nobat Prabu Dewageung Jayeng Buana. Dari perkawinnya dengan Dewi Sawitri, memperoleh dua orang putra, yaitu : Rakeyan  Kamuning Gading dan Rakeyan Jayagiri. Prabu Dewageung memerintah dari tahun 829 – 913 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Rakeyan Kamuning Gading dengan nama nobat Prabu Pucukwesi.
Prabu Pucukwesi berkuasa atas tahta Sunda  hanya tiga tahun, karena digulingkan oleh adiknya (Rakeyan Jayagiri). Rakeyan Jayagiri menjadi Raja Sunda dengan nama nobat Prabu Wanayasa Jayabuana pada tahun 916 Masehi. Sebelum terjadi perebutan tahta di Kerajaan Sunda, tahta Kerajaan Guluh telah diwariskan kepada Prabu Jayadrata (cucu Batara Guruwisuda dari putri Dewi Sundara).

Prabu Wanayasa berusaha merebut tahta Galuh dengan menggunakan kekuatan besar namun dapat dikalahkan oleh pasukan Kerajaan Galuh, kerajaan Galuh membebaskan diri sebagai kerajaan yang merdeka dibawah naungan Prabu Jayadrata. Prabu Jayadrata adalah adik ipar Rakeyan Limbur Kancana. Limbur Kancana adalah putra Prabu Pucukwesi yang dibunuh oleh adiknya yaitu Prabu Jayagiri atau Prabu Wanayasa. Prabu Wanayasa berkuasa atas Kerajaan Sunda sampai tahun 920 Masehi, karena dibunuh oleh Limbur Kancana yang kemudian naik tahta di kerajaan Sunda, pembuhunan tersebut atas perintah Prabu Jayadrata. Prabu Limbur Kancana memerintah di Kerajaan Sunda dari tahun 920 – 930 Masehi. Karena saat berkunjung ke keraton Galuh Prabu Limbur Kacana dibunuh oleh seseorang atas perintah Dewi Ambawati (putri Prabu Wanayasa yang dibunuh oleh Limbur Kancana) sebagai aksi balas dendam.

Tahta Kerajaan Sunda beralih kepada Rakeyan Watuageung, suami Dewi Ambawati dengan nama nobat Praburesi Atmayadarma Hariwangsa, naik tahta pada tahun 930 Masehi. Prabu Limbur Kancan berputra dua orang yaitu, Rakeyam Sunda Sembawa dan Dewi Somya.  Pada tahun 964 Masehi, Sunda Sembawa berhasil merebut tahta kerajaan Sunda dari Prabu Atmayadarma.  Kemudian naik tahta dengan nama nobat Prabu Munding Ganawirya Tapakmanggala atau Prabu Medang Gana. Karena semua putranya meninggal, saat ia wafat tahun 973 Masehi digantikan oleh suami adiknya (Dewi Somya) yang bernama Prabu Wulung Gadung. Prabu Wulung Gadung memerintah sampai tahun 989 Masehi, kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Rakeyan Gendang dengan nama nobat Prabu Brajawisesa.

Prabu Brajawisesa mempunyai putra bernama Dewa Sanghiyang (putra mahkota) dan Dewi Rukmawati. Dewi Rukmawati dijadikan permaisuri oleh Prabu Linggasakti Jayawiguna yang bertahta di Kerajaan Galuh. Prabu Brajawisesa memerintah dari tahun 989 – 1012 Masehi, digantikan oleh putranya Prabu Dewa Sanghiyang. Pada tahun 1012 Prabu Linggasakti yang tidak memilki putra wafat, maka kerajaan Galuh dipercakan kepada Prabu Dewa Sanghiyang sebagai kakak iparnya. Prabu Dewa Sanghiyang berkuasa atas kerajaan Galuh, sebagai wakil dirinya di Kerajaan Galuh dipercayakan kepada keponakannya yang bernama Prabu Resiguru Darmasatyadewa. Prabu Dewa Sanghiyang memerintah hingga tahun 1019 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Sanghiyang Ageung yang berkuasa atas Sunda – Galuh. Sebagai wakil dirinya, di kerajaan Galuh dipercayakan kepada adik istrinya yang bernama Dewi Sumbadra, mereka memerintah dimuali pada tahun 1019 Masehi. Pada tahun 1030, Prabu Sanghiyang Ageung wafat, dan digantikan oleh putranya yang bernama Sri Jayabhupati.
Tentang Sri Jayabhupati Pleyte (1915) membahasnya dalam artikel “Maharaja Sri Jayabhupati Soenda’s Oudst Bekende Vorst” dengan mengetengahkan prasati Cibadak. Prasasti tentang Maharaja Sri Jayabhupati ditemukan pada tahun 1890 M di hutan pingir Sungai Citatih, dekat leuwi Kalabang. Kemudian oleh pihak museum diberi nomor D.73. Tiga buah prasati lain yang ada hubungannya dengan Sri Jayabhupati ditemukan oleh J. Faes pada tahun 1897 M dari dalam hutan Bantar Muncang, Kecamatan Cibadak – Sukabumi. Isi prasasti tersebut menerangkan dibuat oleh Sri Jayabhupati Raja Sunda, serta menerangkan batas-batas kekuasaan dan sumpah. Isi sumpah selanjutnya adalah permohonan kepada semua kekuatan ghaib yang telah disebut (Hyang Siwa, Agstya, timur, selatan, barat, utara, tenggara, barat-daya, barat-laut, zenith, nadir, matahari, bulan bumi, air, angin, api, sungai, kekuatan, angkasa, cahaya, sanghiyang malam, senja, yaksa, raksasa, picasa (peri), sura, garuda, buaya, kinara (manusia burung), naga, keempat pelindung dunia, yama, Baruna, kuwera, Besawa dan putra dewata pancakusika, lembu tunggangan Siwa, mahakala, Dewi Durga, Ananta (dewi ular), buta (raksasa), surindra, putera Hiyang Kalamercu, gana (makhluk setengah dewa), para arwah, semoga ikut menjelma merasuki semua orang……….Kalian gerakanlah supata, janji, sumpah dan seruan raja Sunda ini…)

Prasasti Cibadak tentang Sri Jayabhupati penuh misteri, karena prasasti tersebut ditemukan di Jawa Barat tulisanya berhuruf dan berbahasa Jawa Kuno. Penelitian para ahli seperti, Pleyte, Krom, Darmais dan De Casparis berfokus pada prasasti Sunda berhuruf dan berbahasa Jawa Kuno.
Sri Jayabhupati yang juga bernama Prabu Ditrya Maharaja, ketika masa Kerajaan Sunda diperintah oleh kakeknya, Prabu Dewa Sanghiyang pada tahun 1012 sampai tahun 1019 M, ia menjadi Senapati Muda, kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Kerajaan Sunda.
Sri Jayabhupati mempunyai istri tiga orang, yaitu :
1. Dewi Wulansari, putri Sri Darmawangsa Teguh, Dewi Laksmi (kakak Dewi Wulansari) diperistri
    oleh Airlangga (Erlangga) Raja Kediri.
2. Dewi Suddhiswari, putri dari Kerajaan Sriwijaya, dan 
3. Bhatari Pertiwi, dari Galuh putri Ratu Dewi Sumbadra.
       
        
Nama nobat Sri Jayabhupati adalah Sri Jayabhupati Jaya Manahen Wisnumurtti Samarawijaya Sakalabhuwanamadaleswaranindita Harogowardhanawikramattunggadewa, yang bercorak nama gelar keraton Jawa Timur itu adalah hadian perkawinan dari mertuannya (Sri Dharmawangsa Teguh).
Dari Dewi Wulansari berputra : Prabu Darmaraja, (menggantikan ayahnya sebagai Raja Galuh,) Suryanagara (menjadi panglima angkatan perang), Dewi Nirmala (yang diperistri oleh seorang pembersar dasri kerajaan wilayah Bali), dan Dewi Sugara (yang diperisteri oleh seorang pembesar dari Jawa Timur).
Dari Dewi Sudhiswari berputra : Wirakusuma (menjadi menteri maritime ), dan Wiramajaya (menjadi panglima angkatan Laut).

Dari Bhatari Pertiwi berputra : Batara Hyang Purnawijaya (menjadi resiguru di daerah Galuh, mempunyai dua orang putri, yaitu Dewi Puspawati dan Dewi Citrawati), Dewi Purnawangi, Dewi Surabhi dan Sang Surendra.
Sri Jayabhupati memerintah Kerajaan Sunda  dari tahun 1030 – 1042 Masehi, digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Darmaraja dengan nama nobat Prabu Darmaraja Jayamanahen Wisnumurti Sakalasundabuana. Prabu Darmaraja menikahi Dewi Surastri putri Prabu Arya Tunggalningrat raja Galuh. Prabu Darmaraja dari permaisuri Dewi Surastrim, berputra : Prabu Langlangbumi (putra mahkota). Darmanagara (menjadi mangkubumi) dan Wirayuda (panglima angkatan perang). Prabu Darmaraja memerintah sampai tahun 1065 Masehi, digantikan oleh putranya bernama Prabu Langlangbumi.

Prabu Langlangbumi menikahi Dewi Puspawati putri Resiguru Batara Hyang Purnawijaya, sebetulnya Dewi Citrawati berharap dinikahi oleh Prabu Langlangbumi namun ia lebih memilih kakaknya. Sehingga Dewi Citrawati sangat membenci Prabu Langlangbumi dan Dewi Puspawati (kakaknya). Untuk menenangkan hati putrinya Sang Resiguru menikahkan Dewi Citrawati dengan Resiguru Sudakarmawisesa penguasa Kerajaan Galunggung. Akan tetapi setelah perkawinannya, Resiguru menyerahkan tahta kerajaan kepada Dewi Citrawati, Resiguru memilih jalan hidupnya mendalami keagamaan.
Perselisihan antara Prabu Langlangbumi dengan Ratu Dewi Citrawati (Batari Hyang Janapati) cukup sengit, akhirnya ditempuh jalan damai. Prabu Langlangbumi tetap memegang kerajaan Sunda, sedangkang Ratu Dewi Citrawati berkuasa atas tahta Galuh dengan ibu kota Galunggung.
Prabu Langlangbumi berkuasa dari tahun 1065 – 1155 M. Dari permaisuri Dewi Puspawati berputra Rakeyan Jayagiri dan Cakranagara. Rakeyan Jayagiri naik tahta tahun 1155 dengan nama nobat Prabu Menakluhur. Prabu Menakluhur memperistri Ratna Satya, mempunyai putri bernama Ratna Wisesa yang dinikahi oleh Prabu Darmakusuma raja Galuh, cucu Batari Hiyang Janapati Ratu Galunggung – Galuh.
Prabu Menakluhur memerintah hingga tahun 1557, digantikan oleh menantunya Prabu Darmakusuma. Prabu Darmakusuma dengan permaisuri Ratna Wisesa memerintah tiga kerajaan, yaitu : Sunda – Galuh dan Galunggung. Kerajaan Galunggung dipercayakan kepada  Prabu Arya Santika Putra Mangkubumi Cakranagara. Prabu Menakluhur 1175, digantikan oleh putranya bernama Prabu Darmasiksa dengan nama nobat Prabu Guru Darmasiksa Paramarta Sang Mahapurusa atau Prabu Sanghiyang Wisnu. Prabu Darmasiksa menikahi putri Kerajaan Saunggalah, sehingga ibukota kerajaan selama 12 tahun berpusat di Saunggalah dari tahun 1175 sampai tahun 1187, berpindah ke Pakuan. Prabu Darmasiksa menguasai empat Kerajaan, yaitu : Sunda-Galuh-Galunggung dan Saunggalah. Prabu Darmasiksa memiliki tiga orang istri, yaitu :
1. Putri Saunggalah, berputra diantaranya Rajapurana.
2. Putri Darmageung, berputera beberapa orang diantasranya Ragasuci yang bergelar Rahiyang
    Saunggalah, karena ketika ayahnya memindahkan Ibukota ke Pakuan, ia menjadi raja Saunggalah.
3. Putri Swarnabhumi (Sumatra Selatan), yang bernama Dewi Suprabha Wijayatunggadewi,
    keturunan Sanggramawijayatunggawarman, penguasa Kerajaan Sriwijaya (1018-1027 M).
    berputra  beberapa orang diantaranya, Rahiyang Jayadarma.
             
Rahiyang Jayadarma beristrikan Dewi Naramurti (Gayatri) yang bergelar DyahLembu Tal, puterinya Mahisa Campaka dari Jawa Timur. Dari perkawinannya dengan Dyah Lembu Tal berputera Nararya Sasnggramawijaya atau Rakeyan Wijaya yang dikenal dalam sejarah Jawa Timur sebagai Raden Wijaya. Karena Rahiyang Jayadarma meninggal muda sebelum jadi raja, Dyah Lembu Tal berpamit pulang ke Jawa Timur sambil membawa Raden Wijaya. Raden Wijaya kelak menjadi Pendiri Kerajaan Majapahit dengan gelar Prabu Kretarajasa Jayawardhana.

Prabu Guru Darmasiksa dikaruniai umur panjang, ia naik tahta pada tahun 1175 Masehi sampai 1297 Masehi, 122 tahun memerintah di Kerjaan Sunda. Kemudian digantika oleh putranya yang bernama Prabu Ragasuci. Permaisuri Prabu Ragasuci adalah Dara Puspa adiknya Dara Kancana yang diperistri oleh Prabu Kretanagara. Prabu Ragasuci memerintah kerajaan Sunda sampai tahun 1303 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Citraganda. Permaisuri Prabu Citraganda adalah Dewi Antini, putri Prabu Rajapurana raja kerajaan Saunggalah (putera Prabu Darmasiksa dari putri Saunggalah).  Ia memerintah sampai tahun 1311 Masehi, kemudian digantikan oleh putranya bernama Prabu Linggadewata yang berkuasa atas tahta Sunda-Galuh hingga tahun 1333. Kemudian digantikan oleh suami adiknya yang bernama Prabu Ajiguna Linggawisesa yang memperistri Ratna Umalestari putri Prabu Citraganda.

Prabu Ajiguna memindahkan pusat pemerintahan dari Pakuan ke Kawali – Galuh. Dari permaisuri Ratna Umalestari berputra :
1. Prabu Ragamulya Luhur Prabawa (putra mahkota)
2. Dewi Kiranasari, yang diperistri oleh Prabu Arya Kulon raja daerah Sunda. Prabu Arya Kulon dari
    permaisuri Dewi Kiranasari berputra :
    a.  Dewi Laralinsig sebagai Permaisuri Maharaja Linggabuana yang gugur di Palagan Bubat.
    b.  Prabu Pulasara, yang menggantikan tahta ayahnya sebagai raja daerah Sunda 1350 – 1357
    c.  Prabu Linggatunggal, menjadi raja daerah Sunda 1357 – 1367 Masehi.

3. Suryadewata, yang menurunkan raja-raja Kerajaan Talaga

Prabu Ajiguna Linggawisesa memerintah di Kerajaan Sunda dari tahun 1333 – 1340 Masehi. Kemudian digantikan oleh putranya, Prabu Ragamulya Luhurprabawa. Prabu Ragamulya memerintah kerajaan Sunda sampai tahun 1350 Masehi. Dari permaisuri memperoleh dua orang putra yaitu : Linggabuana dan Bunisora. Tahta Kerajaan Sunda kemudian diganti oleh Prabu Linggabuana dengan nama nobat Prabu Maharaja Linggabuana. Dinobatkan menjadi Maharaja Sunda pada tanggal 14 bagian terang bulan Palguna tahun 1272 Saka atau tanggal 22 Pebruari 1350 Masehi. Menikah dengan Dewi Laralinsig putri Prabu Arya Kulon. Permaisuri Dewi Laralinsig berputra :
1. Oleh kakeknya dibernama Citraresmi, oleh ayahnya dibernama Dyah Pitaloka, yang lahir pada
     tahun 1339 Masehi.
2. Niskala Wastu Kancana, yang lahir pada tahun 1348 Masehi.
   
Kisah tentang Maharaja Linggabuana yang gugur di Palagan Bubat lihat Dyah Pitaloka

Maharaja Linggabuana atau Prabu Wangi memerintah dari tahun 1350 – 1357 Masehi, karena saat Maharaja wafat putra mahkota Wastu Kancana masih berusia 9 tahun, maka tahta Kerajaan untuk sementara oleh pamannya yaitu Mangkubumi Bunisora dengan nama nobat Prabu Guru Pangadiparanmarta Jayadewabrata. Dalam pemerintahannya Prabu Bunisora cenderung sebagai raja pendeta, yang diwarnai suasana religius (lihat Tanjeur Na Juritan Jaya Dibuana)..Praburesi Bunisora Suradipati memerintah di Kerajaan Sunda sampai tahun 1371. Dari permaisuri Laksmiwati berputra 1. Giridewata, atau Ki Gedeng Kasmaya, kelak menjadi raja daerah di Wilayah Cirebon Girang
2. Bratalagawa, kelak memeluk agama Islam dan menjadi Haji pertama di Jawa Barat, sehingga ia
    dijulki   Haji Purwa Galuh, cucu Bratalagawa yang bernama Khadijah kelak menjadi istri Syeh
    Datuk Kahfi.
3. Banawati, menjadi Ratu daerah Galuh, dan
4. Dewi Mayangsari, menjadi permaisuri Niskala Wastu Kancana

Setelah berusia 23 tahun Niskala Wastu Kancana dinobatkan menjadi raja Sunda dengan gelar Mahaprabu Niskala Wastu Kancana atau Praburesi Buanatunggal Dewata. Prabu Wastu menikahi Ratna Sarkati yang berusia 19 tahun putri Resi Susuk Lampung dari Sumatra Selatan dan Dewi Mayangsari yang berusia 17 tahun putri Praburesi Bunisora (pamannya).
Dari permaisuri Ratna Sarkati berputra : Sang Haliwung, (calon Raja Sunda)
Dari permaisuri Dewi Mayangsari berputra :
      1. Ningrat Kancana (calon Raja Galuh)
      2. Ki Gedeng Sindangkasih, bertahta sebagai raja daerah Sindangkasih
      3. Ki Gedeng Tapa

Sebelum wafat Mahaprabu Wastu membagi dua kerajaan, wilayah Citarum ke Barat sebagai Kerajaan Sunda diwariskan kepada Sang Haliwung atau Susuktunggal dengan nama nobat Prabu Dewatmaka, dan wilayah Citarum ke Timur sebagai Kerajaan Galuh diwariskan kepada Ningrat Kancana dengan nama nobat Prabu Dewa Niskala.
Mahaprabu Niskala Wastu Kancana wafat tahun 1475, memerintah Kerajaan Sunda dengan pusat pemerintahan di Kawali selama 103 tahun 6 bulan 15 hari. Kemudian digantikan oleh Prabu Susuktunggal. Prabu Susuktunggal menikah dengan Baramuci Larang, putri Prabu Surendrabuanaloka atau cucu Prabu Langgatunggal raja daerah Sunda.

Dari permaisuri Baramuci Larang berputra :
1. Surabima atau Prabu Amuk Murugul, yang menjadi raja daerah di Japura (Cirebon).
2. Kentring Manik Mayang Sunda, yang diperistri oleh Jayadewata atau Sri Baduga Maharaja, Raja
    Pajajaran (putra Prabu Dewa Niskala).
3. Dipati Kranda, menjadi Bupati di Sunda Kelapa
     
Dari istri kedua berputra :
1. Prabu Wudubasu, yang menjadi raja daerah di wilayah Tanjung
2. Sang Pulanggana, menjadi Ratu di wilayah Gunung Batu, putrinya yang bernama Dewi Nilamsari
    diperistri oleh Adipati Yasanagara, raja wilayah Pagawok.

Karena persilisihan paham yang hampir terjadi peperangan dengan adiknya (Prabu Dewa Niskala), akhirnya para pembesar Kerajaan Galuh dan Sunda meminta ke dua adik kakak tersebut lengser untuk menghindari perang saudara. Akhirnya pada tahun 1482 Prabu Susuktunggal dan Prabu Dewa Niskala turun tahta. Tahta Kerajaan Sunda-Galuh diberikan kepada Prabu Jayadewata (putra Dewa Niskala dan menantu Susuktunggal).

Prabu Jayadewata merubah nama Kerajaan menjadi Kerajaan Pajajaran, dengan Ibukota Pakuan. Prabu Jayadewata bergelar Sri Baduga Maharaja Jayadewata, dengan gelar  abhiseka Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Berkuasa atas tahta Pajajaran dari tahun 1482 – 1521 Masehi.

Sri Baduga Jayadewata mempunyai empat orang istrim yaitu :
1. Ratu Ratnasih atau Ratu Rajamantri, putri Sunan Pagulingan raja Sumedang Larang
2. Subanglarang, putri Ki Gedeng Tapa Raja Singapura (Cirebon)
3. Ambetkasih, putri Ki Gedeng Sindangkasih Raja Sindangkasih (Cirebon Girang)
4. Kentring Manik Mayang Sunda, putri Prabu Susuktunggal.

Sumber :

1. Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara - Pangeran Wangsakerta 1677 - 1698 M
2. Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa - R.Ng. Purbatjaraka 1921 M
3. Pustaka Nagara Kretabumi - Dr. Ayat Rohaedi 1986 M
4. Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa) - Yoseph Iskandar 1997 M

Senin, 02 November 2015

Dongeng Penguasa Laut Kidul


Mungkin hanya dongeng, cerita atau mitos, yang jelas alam jin itu ada. Menurut cerita turun temurun dari dahulu sampai sekarang, katanya sebagai berikut.
Penguasa laut selatan yang dikenal dengan kanjeng ratu kidul dan Nyi Rara kidul adalah dua sosok yang berbeda. Kanjeng ratu kidul diyakini sebagai jin yang dipercaya sebagai salah satu penguasa laut selatan. Juga diyakini sebagai sosok agung penguasa laut selatan yang memiliki citra positif. Tidak diketahui apakah ratu kidul bersuami ? Pernah bersuami ? atau masih perawan ? Sedangkan Nyi Rara Kidul dalam khazanah jawa adalah memiliki makna perempuan atau gadis walau pun sudah menikah ia tetap merupakan perawan.
Nyi Lara Kidul atau Nyi Rara Kidul atau disebut Nyi Nawangwulan identik dengan sebutan Nyi Blorong yang menjanjikan kekayaan duniawi walau pun pada akhirnya menderita. Dewi Rara Kuning atau Dewi Lanjar dipercaya sebagai penguasa pantai utara yang terletak diwilayah Pekalongan sebagai Negara bawahan Ratu Kidul.
Beberapa versi tentang Ratu Kidul :

a.  Dyah Ratu Wadat putri Raden Banjaransari dari kerajaan Nusa Tembini dan widadari Dewi    
     Sambang Mandala dari telaga sigaluh.    
b.  Putri sulung Prabu Haryakusumah kerajaan Galuh (kakak Raden Mundhingwangi), ia menjadi
     pertapa di Gunung Kumbang dikenal sebagai Ni Ajar Cemara.
c.  Ratu Ayu atau Jeng Mas Ratu Angin-angin putri kerajaan Galuh.
d.  Dyah Ratu Angin-angin putri Prabu Sindula Kerajaan Sigaluh yang dikenal Ratu Ayu
     Pagedhongan.
e.  Dewi Ratna Suwida putri Prabu Mundhingsari dengan Dewi Sarwedi dari Pajajaran, cucu Sang
     hyang Suranadi, buyut ratu siluman di sigaluh.
f.   Dewi Kilisuci putri Resi Getayu raja Jenggala dengan Dewi citraswara
g.  Dewi Kandita putri Prabu Mundhing Wangi dari  Pajajaran yang lari karena kejahatan ibu tirinya
     yang bernama Dewi Mutiara, kemudian terjun ke laut selatan karena tubuhnya dipenuhi borok
     yang menjijikan, namun setelah terjun ke laut ia sembuh sediakala dan menjadi penguasa laut
     selatan.
h.  Nyi Mas Dewi Lara Kidul putri keraton Solo yang cantik, karena bertengkar dengan ibu tirinya ia
     menceburkan diri ke laut di atas bukit Karang Hawu.

Hasil penelitian para ahli spiritual ada 110 nama atau julukan Kanjeng Ratu Kidul diperoleh dari
para ahli spriritual tanah jawa.

001.  Kanjeng Ibu Ratu Kidul Sekaring Jagat
002.  Kanjeng Ibu Ratu Samudra Kidul
003.  Kanjeng Ibu Ratu Segara Jaya (Yang menguasai lautan dengan Kemenangan).
004.  Bathari Ardha Nariswari (yang menjadi permaisuri)
005.  Bathari Ariati (yang selalu mengarahkan tujuan, memberi Inspirasi)
006.  Bathari Mawiryawan (yang pemberani)
007.  Bathari Pramatatya ( yang menjadi wakil kebeneran tertinggi)
008.  Bathari Limpadpatari (yang selalu dilingkari dengan burung dan Anak panahnya)
009.  Bathari Prakasita ( yang terkenal, ternama)
010.  Bathari Cakrawarti ( sang penguasa dunia)
011.  Bathari Hentayasa (pemilik kemasyuran)
012.  Bathari Maharsa (yang memiliki kehendak besar)
013.  Bathari Satya (yang setia)
014.  Bathari Drawela (yang memiliki belas kasihan, luluh hatinya)
015.  Bathari panulu (sang pemimpin, pembesar)
016.  Bathari Sasmaya (yang memiliki, menguasai, mengendalikan ilmu Gaib)
017.  Bathari Sacita (yang menyandang kebersihan hati)
018.  Bathari Gurilap (pemilik kegemerlapan)
019.  Bathari Pramudika (yang mendatangkan kesenangan,Kegembiraan)
020.  Bathari Pramudita (yang ikut menjaga alam semesta)
021.  Bathari Bisama (yang memiliki kehebatan)
022.  Bathari Maribawa (yang dapat mengalahkan)
023.. Bathari Ratnamadu (yang menjadi permata hati, pasangan serasi)
024. Bathari kusumawicitra (yang terkenal dengan keharumannya, (Yang memiliki Ketangkasa dan
         ahli)
025.  Bathari Candramaya (yang secantik sinar rembulan)
026.  Bathari Subasita (yang memiliki sopan santun)
027.  Bathari Paramarta (yang memiliki watak dan sifat mulia)
028.  Bathari Pranamiya (suka memberi penghargaan dan Penghormatan)
029.  Bathari Pranwa (yang memiliki dan mengajarkan mantra suci)
030.  Bathari Pramusita (sang penyejuk, penghibur)
031.  Bathari Tirtamarta (yang menebarkan air suci)
032.  Bathari Maha Bisana (yang memiliki kedasyatan dan kehebatan)
033.  Bathari Wigata (selalu mempedulikan)
034.  Bathari Sudarpa (yang memberi kegembiraan yang indah)
035.  Bathari Baswara (sang pilihan Tuhan yang diistimewakan)
036.  Bathari Mahayu (yang menghias diri dengan menghamba pada Tuhan)
037.  Bathari Sundariya (perempuan cantik)
038.  Bathari Prabanarawata (yang suka memberi kabar baik)
039.  Bathari Prabaswara (membawa sinar gemerlapan, pencerahan)
040.  Bathari Dumilah (yang bercahaya)
041.  Bathari Manigraha (yang dapat memberi hukuman)
042.  Bathari Sahana (mengetahui semua yang hadir)
043.  Bathari Ngupaksoma (yang bersifat mengampuni, memaafkan)
044.  Bathari Lumaba (yang mendatangkan keberuntungan)
045.  Bathari Pahayu (yang memelihara, yang mengayomi)
046.  Bathari Hanawa (yang dituakan)
047.  Bathari Soraya (yang memberi bantuan, pertolongan)
048.  Bathari Yumana (yang mengendarai kereta kencana)
049.  Bathari Pujabrata (yang selalu menanjatkan do’a dan permohonan Secara khusus)
050. Bathari Pudyasatota (yang memberi dan memiliki pujian)
051. Bathari Kapana (yang memiliki wilayah)
052. Bathari Widiyuta (yang memiliki tenaga petir)
053. Bathari Mapita (yang menguning, yakni semakin cantik ketika Bulan menuju purnama )
054. Bathari Sanadya (yang memiliki taman, atau menjadi tempat Mengdu )
055. Bathari Binawa (pembangun yang lebih dulu)
056. Bathari Prabu Dumilah (penguasa bukit yang bercahaya merujuk  Gunung lawu sabagai salah
        satu pusat istana)
057. Bathari Ngupasonda (yang mematuhi dan membawahi ajaran Pendeta/ulama )
058. Bathari Pratanjana (yang mengutamakan keberimanan, keyakinan   dan kepercayaan kepada
        Tuhan)
059. Bathari Gurnita (yang bisa menderu-deru (membawa pasukan besar ) memiliki pasukan yang
        gegap gempita, bersikap hangat dan  ramah )
060. Bathari Kamura (yang dihormati)
061. Bathari Payuwaha (yang melaksanakan perayaan yang indah)
062. Bathari Niyasa (yang selalu menyandang kemasyuran)
063. Bathari Kulandara (yang selalu menjadi yang dituakan)
064. Bathari Satiti (yang sangat teliti)
065. Bathari Sadaka (yang memiliki jiwa sebagaimana sang resi)
067. Bathari Ludana (yang mengerti dan memahami mereka yang hadir  atau datang)
068. Bathari Padhapa (yang dihubungi lewat pedupaan)
069. Bathari Benggala (yang menjadi panglima dan pemimpin pasukan)
070.  Bathari Tumitah (yang  menjalani kodrat)
071. Bathari Rasika (yang dipanggil beliau)
072. Bathari Nirmala (yang selalu terhindar dari bahaya)
073. Bathari Pragiwaksana (yang menjadi tempat para hakim, tempat keadilan)
074. Bathari Subasa (pemilik pakaian kebesaran yang indah)
075. Bathari Pangusada (yang menyembuhkan)
076. Bathari Madrenya (gagah seperti gunung)
077. Bathari Parigraba (yang dijadikan ibu)
078. Bathari Nugraha (yang menjadi jalan anugrah dan karunia)
079. Bathari Mahajeng (sang putri yang terhormat)
080. Bathari Srediya (yang memiliki keindahan dewi sri)
081. Bathari Hupadrowa Sakirna (yang menyingkirkan seluruh penderitaan)
082. Bathari Maderdyo Nyamuho (yang menyelesaikan urusan dengan bermusyawarah)
083. Bathari papayu Sarupa (yang memakai pelindung wajah)
084. Bathari Hasmaralaya (yang menjadi tumpuan kesedihan cinta)
085. Bathari Kasampatan (yang selalu mempunyai kesempatan)
086. Bathari Avalakitesvara (yang menggembirakan hati dengan cinta)
087. Bathari Sakirna (yang menghalau)
088. Bathari Halyuna (dengannya maka segala kecemasan selesai)
089. Bathari Pawitra (yang mensucikan)
090. Bathari Kanaya (yang selalu dibimbing oleh Tuhan)
091. Dewi Welas Asih (putri yang selalu memiliki kasih sayang)
092. Dewi Pamuryan (yang menjadi tutwuri handayani, menjaga dari belakang)
093. Dewi Kencanasari (putri yang berbunga emas)
094. Dewi Sanggramawijaya (yang menjadi pelindung dunia)
095. Dewi Sanggabuwana (yang ikut serta menyangga jagad semesta)
096. Dewi Sanggalangit (sang penyangga langit)
097. Dewi Cinde Wine (yang bersedian menjadi istri yang cantik)
098. Dewi Kandita (yang menampung segala hal)
099. Dewi Ajar Cemara Tunggal (sang resi yang telah mengerti makna ke-esaan)
100. Dewi pradnya Paramita (yang mengetahui pengetahuan agama)
101. Dewi Tanuraga (yang tidak menuntut untuk dicintai)
102. Dewi Sekar Madhapi (pemilik bunga asmara)
103. Dewi Ratu Mas (penguasa yang mulia dan pilihan)
104. Dewi mawarsari ( yang menjadi sari bunga mawar)
105. Dewi Putri Sri Wulan (Putri pemilik wajah rembulan yang indah)
106. Dewi Ratna Suwida (putri yang selalu mengutamakan aturan)
107. Dewi Angin-angin (putri dari Negara atas)
108. Dewi Ratu Ayu Pagedhongan (dewi kecantikan)
109. Dewi Nawangsih (putri dengan gema cinta)
110. Dewi Nyai Mada (ibu yang selalu menaburkan kegembiraan dan penuh rasa cinta)
111. Dewi Ayu Sawiji Sekaring Jagad (putri yang menjadi bunga penghias semesta)

Dalam mitologi masyrakat jawa bahwa Kanjeng Ratu Kidul sebagai istri (permaisuri gaib) dari Panembahan Senopati atau Raden Bagus Danang Sutawijaya putra dari Ki Ageng Pamanahan raja Mataram pertama sebagai Negara bawahan Pajang raja yang berkuasa saat itu Sultan Hadiwijaya. Dari saat itu dipercaya bahwa Ratu Kidul sebagai istri dari raja-raja Mataram keturunan Panembahan Senopati. Namun menurut tiga sumber babad tanah jawi bahwa yang di peristri oleh Panembahan Senopati bukanlah Kanjeng Ratu Kidul tetapi Ratu Andarawati yang bergelar Nyai Rara Kidul sebagai Patih Kerajan Laut Selatan. Ratu Andarawati merupakan putri dari Dewi Angin-angin  ratu ketiga di Keraton Selatan.
Ratu Kidul memiliki 2 patih yaitu Nyai Riyo Kidul sebagai patih lebet, tugasnya mengatur urusan dalam kerajaan termasuk mangatur abdi dalem dan upacara-upacara dalam keraton. Yang kedua Nyai Rara Kidul sebagai patih jawi tugasnya memerintah dan membawahi prajurit lelembut.

Sekelumit kisah kerajaan Segarasewu menurut kisah kejawen. Kerajaan Laut Selatan atau disebut Kerajaan Segarasewu dikenal sekitar tahun 451 M. Yang didirikan oleh Sang Hyang Tunggal, juga didampingi oleh Nabi Khidir dan Jagal Birawa. Pusat pemerintahan di pertapan Segara Anakan (Blambangan).
Penguasa kedua Kerajaan Segarasewu setelah Sang Hyang Tunggal adalah Prabu Angin-angin bersama permaisuri Dewi Kumarageni yang dikenal dengan Ratu Dewi Angin-angin.  Pemerintahannya berpusat di kedhaton Sonji Tanjungan. Setelah Prabu Angin-angin gugur dalam peperangan pemerintahan dilanjutkan oleh Ratu Dewi Angin-angin sebagai Ratu Laut Kidul. Sang Ratu dibantu oleh beberapa tokoh diantaranya :
Panembahan Ismaya (tokoh spiritual), Bubikhan (patih) dan Retna Yuwati (Panglima). Retna Yuwati adalah Putrinya Nagareja yang saat mudanya dikenal dengan nama Nyi Blorong. Suami Nyi Blorong pertama bernama Tunggulwulung putra Aji Saka II, setelah Tunggulwulung meninggal Nyi Blorong menikah dengan Kala Gandamayit dari gunung Raung, sehingga dikenal dengan sebutan Dewi Kalayuwati. Akibat pengaruh Dewi Durga sebagai gurunya (di keraton telengbumi di ketangga), Retna Yuwati  merebut kedudukan patih dari tangan Patih Rubikhan.
Untuk kepentingan dan ambisinya, Retna Yuwati mencuri salah satu pusaka kerajaan, tingkat Bantakasuksma,  kemudian mengambil alih tambuk komando tertinggi angkatan perang dan merangkul keluarganya yang memiliki pengaruh. Mereka diantaranya : Ratu Tiltasih, Ratu Sri Sayekti Asmara, Raja Kumalareksa, Raja Abraham, Raja Gusmak Ali, Raja Jin Mahesa Kumara. Kedhatonnya memiliki pintu gerbang di Pandhan Segege dengan bangunan utamanya berada di kompleks candi Kamale, disamping alas Krendhawahana dan kedaton Tirtadhasar sisi selatan Krakatau. Retna yuwati memiliki pengaruh, kesaktian dan pengendalian bala pasukan dan wilayah kekuasaan yang semakin besar. Hal ini mendorong berlangsungnya pemupukan kekuatan kembar di Segarasewu.
Melihat intrik kekuasaan tersebut, Ratu Dewi Angin-angin meminta perlindungan ke Gunung Kalak dan memperoleh dukungan pendeta Ngusmanaji dan Begawan Danu yang memiliki balatentara yang kuat. Ratu memindahkan pusat pemerintahan ke Kenarehan dengan kedaton Suryadhamar Nitakalapramesthi. Pusat Pemerintahan di Goa Sorabaja, sedangkan keputren yang menjadi pusat pengembangan ilmu adalah pertapan Lempursewu, dengan pesanggrahan Goa Kalak. Goa ini terletak di Desa Kalak Danareja Pacitan, antara Punung – Wonogiri.
Setelah kerajaan dianggap kuat, Ratu Dewi Angin-angin turun tahta digantikan oleh Ratu Kencanawungu murid kedua Ratu Angin-angin sebagai Ratu Segarasewu ke empat. Ratu Kencanawungu bergelar Ratu Rara Rat Jawi Suryadewati yang biasa dipanggil dengan sebutan Ratu Ayu. Pengangkata Ratu Ayu terjadi pemberontakan oleh Retna Yuwati sebagai murid pertama Ratu Angin-angin.  Pemberontakan tersebut terjadilah perang besar antara pasukan Ratu Ayu dan pasukan Retna Yuwati yang dimenangkan oleh Retna Yuwati.  Retna Yuwati atau Dewi Kalayuwati menobatkan diri sebagi RATU KIDUL. Karena Dewi Kalayuwati sebagai istri Kalagandhamayit menjadi sakti setelah menguasai ilmu Durga dan mengisap kekuatan  rembulan sebagai ilmu dari Dajal. Untuk menghimpun kekuatan pasukannya Retna Yuwati banyak mengambil orang-orang dari pantai dengan cara mencelakainya atau dengan janji-janji melalui pesugihan. Retna Yuwati kemudian membangun keraton yang diberi nama Krendhamanginten yang terletak di Argapura, Gunung Lawu.
Keraton tersebut memiliki beberapa gerbang, gerbang utama antara alam manusia dan alam halus ada disekitar Cemarasewu, lalu gerbang 2 dan 3 disekitar sumur Jalatunda, dan gerbang 4 sekitar  100 m di atas sumur jalatunda diantara puncak Argadalem dan Argadumilah. Selain itu ada dua gerbang, dilihat dari arah jalatunda jalan ke lokasi dari arah timur lewat goa Marcukondha, kalau dari arah selatan lewat utara Gunung Atasangin.
Ratu Kencanawungu atau Ratu Ayu yang kalah perang oleh Retna Yuwati menghimpun kekuatan dibantu oleh, Sunan Lawu, Hyang Ismaya, dan Ki Ajar Dewasurya. Turut pula Ratu Andarawati (putra Prabu Banjaransari dan Ratu Prajna di Sigaluh) dan Sriwara Puspakencana sebagai patih.
Untuk wilayah Jawa Barat Ratu Ayu menempatkan Ki Ageng Sentalamaya di Pelabuhan Ratu dibantu oleh Ratyu Mayang dari Pajajaran.
Ratu Andarawati sebelumnya sebagai ratu di Cempuri Rajegwesi (Kahyangan Dalepih), putri Prabu Angin yang dikenal dengan sebutan Nyai Rara Kidul. Putri inilah yang menjadi garwa alus Panembahan Senopati. Saat menjadi istri Panembahan Ratu Andarawati disebut Ratu Pagedhongan.
Dengan banyaknya bala bantuan, akhirnya Ratu Ayu dapat merebut kembali tahta Kerajaan yang di ambil Retna Yuwati. Untuk memperkuat kekuasaannya Ratu Ayu dibantu oleh, Ratu Mayangsari yang bertugas memegang kekuasaan di wilayah timur, Ratu Kencanasari (di Goa Langse dan Pelabuhan Ratu) untuk wilayah barat, Ratu Andarawati di tanjungbang atau pulau chrismas untuk wilayah laut lepas.

Tempat-tempat keramat yang terkait dengan Ratu Kidul

Menurut keyakinan orang Jawa, Ratu Kidul memiliki banyak tempat yang sering digunakan sebagai tempat peristirahatan atau pesanggrahan disamping kediaman utamanya di istana (yang sekarang berlokasi di puncak bagian selatan Gunung Lawu) sebagai ibukota kerajaan Segarasewu. Tempat-tempat tersebut antara lain: Hotel Samudra Beach kamar 308 di Pelabuhan Ratu, Padepokan Bulupitu di Kutowinangun Pantai Karang Bolong, Pantai Karang Kusumo, Salah satu kamar Hotel di Parangtritis, Watugilang parangkusumo, Goa Langse (Goa Kelambu karena menjadi tempat peraduan antara Ratu Kidul denan Panembahan Senopati), Pantai Langse (wilayah gunung Kidul Yogyakarta), Pantai Malang Selatan, Pangandaran, Goa Masigit Selo Nusakambangan, di ujung alas Purwo Jawa Timur, Goa hutan Dalepih, Goa Tapan Sendang Beji, Goa Siluman dan masih banyak tempat lainnya yang kurang dikenal masyarakat. Tempat-tempat tersebut merupakan pintu gerbang untuk dapat memasuki kawasan Keraton Laut Selatan.

Sumber : 
Kanjeng Ratu Kidul ; K.H. Muhammad Sholikhin